RUTE PENGGUNAAN OBAT
PENDAHULUAN
Rute pemberian obat sangat penting untuk diperhatikan karena perbedaan cara pemberian sangat penting dalam penentuan efek yang diharapkan. Ada obat yang hanya berkhasiat apabila disuntikkan dan tidak memberikan efek bila diminum
PENDAHULUAN
• Karena itu cara pemberian obat ditentukan oleh :
1. Jenis obat
2. Kondisi penderita (sadar, tidak sadar, koperatif, dan sebagainya)
3. Kondisi penyakit (perlu efek segera atau tidak).
RUTE PEMBERIAN OBAT
• RUTE ORAL
• RUTE PARENTERAL
• MELALUI KULIT
• PADA MEMBRAN MUKOSA
RUTE ORAL
PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL
OBAT —-> mulut —> kerongkongan —> Gastro Intestinal Tract
• Obat yang diminum mengalami fase farmakokinetik dan
farmakodinamik.
• Lazim dipakai (aman, ekonomis dan menyenangkan)
• Keamanan cukup terjamin, efek toksik bisa diantisipasi misalnya dengan diuresis, antidotum injeksi, atau dengan dimuntahkan.
RUTE ORAL
MASALAH :
- Tidak semua obat bisa diberikan secara per oral. Obat yang tidak bisa diberikan peroral contohnya obat yang dirusak di lambung : prokain penicillin dan insulin
- Penderitanya harus kooperatif
- Sebagian obat mengalami "First Pass Efek" atau first pass metabolism oleh hepar. Obat mengalami fase perombakan di hati sehingga dosis lebih tinggi.
Contoh : Sirup, tablet
RUTE PARENTERAL
• PEMBERIAN OBAT MELALUI PARENTERAL
• TIDAK MELALUI USUS/ Gastro Intestinal Tract
• DENGAN SUNTIKAN
- im, iv, ip, intradermal,sc, intra arteri, dll
• Dapat langsung berefek sistemik
• Resep injeksi bisa dalam bentuk formula officinalis INFUSA (iv)
• Digunakan untuk efek cepat dan teratur
RUTE PARENTERAL
• PEMBERIAN OBAT PARENTERAL UNTUK :
- Obat-obat yang tidak diabsorpsi di membran mukosa
- Obat yang rusak dilambung
- Efek cepat/ teratur
- Cocok untuk penderita nonkooperatif (pasien muntah berak, koma, penyakit jiwa)
• EFEK — Sistemik
RUTE PARENTERAL
• MASALAH :
- Aseptis/ steril/ pirogenitas
- Harus betul-betul aseptis, steril
- Tidak ekonomis —> mahal, perlu bantuan
* Misalnya : Pasien tidak dapat menginjeksikan sendiri, jadi setelah menebus resep di apotek harus kembali lagi ke dokter untuk disuntik
- Keamanan penderita
• Masalah keamanan yang penting adalah kemungkinan terjadinya shock anafilaksi
RUTE PARENTERAL
• SC = sub kutan: injeksi ke dlm jaringan melalui bagian yang sedikit lemaknya dan masuk ke dalam jaringan di bawah kulit;
SUBKUTAN (SC)
Volume yang diberikan tidak lebih dari 1 ml. Sediaan harus memenuhi krtiteria tertentu, seperti:
1. Larutan sebaiknya isotonis dan iso hidris
2. Larutan yang sangat menyimpang isotonisnya dapat menimbulkan rasa nyeri atau nekrosis dan absorpsi zat aktif tidak optimal
3. Onset of action obat berupa larutan dalam air lebih cepat daripada sediaan suspensi.
Contoh injeksi Lidocaine Adrenalin untuk cabut gigi
INTRADERMAL
• ID = intra dermal: injeksi ke dlm dermis tepat di bawah
epidermis.
Syarat-syarat sediaan ini yaitu :
1. Larutan sebaiknya isotonis dan isohidris;
2. Volume yang disuntikkan kecil, antara 0,1 hingga 0,2 ml;
3. Biasa sebagai diagnostik Mantoux tes atau tes alergi.
Contohnya yaitu tes alergi antibiotik 1 ml, injeksi
Kenacort A 10 mg/ml amp 5 ml.
INTRA MUSKULAR
• IM = intra muskular: injeksi ke dlm otot tubuh atau
jaringan otot, umumnya di otot pantat atau paha
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sediaan adalah sebagai berikut :
1. Sediaan dalam bentuk larutan lebih cepat diabsorpsi daripada suspensi pembawa minyak atau air;
2. Larutan sebaiknya isotonis;
3. Onset bervariasi tergantung besar kecilnya partikel;
4. Sediaan dapat berupa larutan, emulsi atau suspensi;
5. Zat aktif bekerja lambat (preparat devo) serta mudah
terakumulasi, sehingga dapat menimbulkan keracunan;
6. Volume sediaan umumnya 2 ml sampai 20 ml dapat disuntikkan ke dalam otot dada, sedangkan volume yang lebih kecil disuntikkan ke dalam otot-otot lain.
Contohnya adalah penicillin G 3.000.000 unit, injeksi
antitetanus 10.000 unit, injeksi vitamin B kompleks.
INTRAVENA
• IV = intra vena: suntikan ke dalam vena
INTRAVENA
• Syaratnya adalah sebagai berikut :
1. Larutan dalam volume kecil (dibawah 5 ml)
2. sebaiknya isotonis dan isohidris, sedangkan volume besar (infuse) harus isotonis dan isohidris;
3. Tidak ada fase absorpsi, Obat langsung masuk ke dalam vena
4. Onset of action segera
5. Obat bekerja paling efisien
6. Obat harus dalam larutan air, bila emulsi lemak partikel minyak tidak boleh lebih besar dari ukuran partikel eritrosit
INTRAVENA
7. Sedian suspensi tidak dianjurkan
8. Larutan hipertonis disuntikkan secara lambat, sehingga sel-sel darah tidak banyak berpengaruh
9. Zat aktif tidak boleh merangsang pembuluh darah, sehingga menyebabkan hemolisa seperti saponin, nitrit, dan nitrobenzol
10. Adanya partikel dapat menyebabkan emboli
Contohnya, injeksi ampicilin 500 mg, 1 gram, infuse
Sodium chloride 0,9 % 25 ml, 50 ml, 500 ml
RUTE PARENTERAL LAIN
• EPIDURAL
- Obat diberikan dlm ruang epidural via kateter yg telah dipasang, ex jalan analgesik post op.
- Perawat yg telah mendpt pelatihan khusus dpt memberikan obat dlm bentuk bolus
• INTRATEKAL
- Diberikan melalui sebuah kateter yg telah dipasang dlm ruang subaraknoid atau ke dlm salah satu ventrikel otak
- Biasanya dlm jangka panjang melalui pembedahan
RUTE PARENTERAL LAIN
• INTRASEOSA
- Memasukan obat langsung ke sumsum tulang
- Paling sering pd bayi, anak – anak dimana akses pembuluh darahnya buruk
- Digunakan pd kondisi darurat
- Dokter menginsersi jarum intraseosa ke dlm tulang, biasanya ke tibia, shg perawat dpt memberikan obat
• INTRAPERITONEAL
- Obat diberikan dlm rongga peritonium
- Ex kemoterapi, antibiotik
RUTE PARENTERAL LAIN
• INTRAPLEURA
- Obat diberikan melalui dinding dada, ke ruang pleura
- Ex kemoterapi, pleuradesis (memasukan obat utk mengatasi efusif pleura)
• INTRA ARTERI
- OBAT dimasukkan ke dlm arteri
- Ex infus arteri pada arteri yg mengalami pembekuan
INHALASI
PEMBERIAN OBAT SECARA INHALASI
• MELALUI ENDOTEL ALVEOLI
• Caranya dihirup melalui mulut, hidung
• Melalui mulut misalnya : Ventolin inhaler, rotahaler
• OBAT : bisa padat/ cair yang mudah menguap atau gas
• EFEK CEPAT
- Lokal —–> bronkhodilator
- Sistemik —-> anestesi
INHALASI
• MASALAH :
- Perlu alat khusus (biasanya mahal harganya)
- Dosis sukar diatur
• dosis tergantung kekuatan menyedot atau menghirup, sehingga obat inhalasi biasanya untuk pasien dewasa atau untuk anak dengan pengawasan orang dewasa
- dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan
PADA MEMBRAN MUKOSA
• PEMBERIAN OBAT MELALUI MEMBRAN MUKOSA
• AKSI —> Lokal
—-> Sistemik
• ABSORPSI MELALUI MEMBRAN MUKOSA DI :
1. Mulut ;
- Sublingual
- Bukal Sistemik
- di Hisap —-> Lokal
2. Mata
- conjungtiva
- cornea
PADA MEMBRAN MUKOSA
3. Hidung
- Aksi lokal
- Obat –> uap—> dihirup –> cairan —> tetes, semprot
• pemberian obat melalui membrana mukosa hidung untuk anak-anak jangan dihirup tapi yang tetes, karena obat tetes dosisnya terukur dan tetap
4. Telinga
- Aksi lokal di telinga –> tetes, cairan pencuci
5. Vagina
- Aksi lokal –> antiinfeksi
• obat bisa dalam bentuk supossitoria
6. Rectum
- Aksi lokal/ sistemik
- Efek cepat —> tidak mengalami First Pass Metabolism
- Cocok untuk penderita
- Tidak sadar, muntah, sakit menelan MASALAH :
- Absorpsi obat tidak menentu
- Kepatuhan penderita
- Tidak semua obat bisa dalam bentuk ini
MELALUI KULIT
PEMBERIAN OBAT MELALUI KULIT
• AKSI —> Lokal
—> Sistemik
• MASALAH :
Obat yang larut dalam air tidak diserap oleh kulit utuh. Obat yang dilarutkan dalam minyak dapat diserap oleh kulit, dan bila penyerapan cukup besar, akan terjadi efek sistemik bahkan keracunan. Kulit yang tidak utuh memperbesar penyerapan dan perlu mendapat perhatian.
Komentar
Posting Komentar