EFEK OBAT
PENDAHULUAN
Pada umumnya obat mempunyai lebih dari satu aksi
atau efek:
• Efek obat yang diharapkan untuk menyembuhkan penyakit disebut dengan efek terapi. Misalnya ketika demam, kemudian diberikan parasetamol sehingga demamnya hilang, maka efek terapi dari parasetamol adalah menurunkan demam (antipiretik).
• Efek suatu obat yang tidak termasuk dalam kegunaan terapi, efek tersebut dinamakan efek samping obat. Contohnya CTM efek samping yaitu menidurkan.
Pharmacokinetics
PARAMETER FARMAKOLOGI
1. Farmakokinetik
Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya (ADME).
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh
a. Absorbsi
Absorpsi, merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian
b. Distribusi
Obat didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi
darah
c. Biotransformasi/Metabolisme
Proses perubahan struktur kimia obat dalam tubuh yg dikatalisis oleh enzim. Molekul obat dibuat lebih polar agar mudah diekskresi
d. Ekskresi
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi
2. Farmakodinamik
Mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya.
Tujuan Mempelajari Mekanisme Kerja Obat:
a. Untuk meneliti efek utama obat
b. Mengetahui interaksi obat dengan sel
c. Mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi
MEKANISME KERJA OBAT
• Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu organisme.
• Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut
OBAT TUNGGAL VS OBAT KOMBINASI
• Basicly suatu penyakit dapat diobati oleh satu obat.
• Obat harus ditetapkan dosis dan frekuensi pemakaiannya dalam sehari sebab umumnya obat digunakan untuk pemakaian berulang.
• Frekuensi pemakaian ditetapkan berdasarkan parameter farmakokinetiknya seperti tetapan kecepatan eliminasi
• Semakin kecil tetapan kecepatan eliminasi, maka semakin berkurang frekuensi pemakaiannya dibandingkan dengan obat yang mempunyai tetapan kecepatan eliminasi yang lebih besar
• Jika seseorang mendapatkan dua jenis obat atau lebih yang mempunyai waktu paruh biologis berbeda maka frekuensi pemakaiannya seharusnya berlainan
• Aspek-aspek tersebut di atas dipelajari di dalam ilmu farmakokinetik
TUNGGAL VS KOMBINASI
CONTOH : OBAT FLU (TUNGGAL &KOMBINASI)
• Obat flu tunggal mengandung satu macam zat aktif yang mampu menghilangkan satu atau lebih gejala flu.
• Contoh, obat flu tunggal yang mengandung zat aktif parasetamol atau asetaminofen dapat mengatasi gejala pusing atau sakit kepala dan demam.
CONTOH OBAT FLU TUNGGAL
• Obat flu tunggal yang mengandung zat aktif dekstrometorfan hanya akan menghilangkan batuk saja (antitusif).
• Obat flu yang hanya mengandung bromheksin hanya mengencerkan dahak saja sehingga mudah dikeluarkan (ekspektoran)
OBAT FLU TUNGGAL
• Dalam menjatuhkan pilihan terhadap obat flu tunggal, konsumen harus mengenali betul gejala yang dirasakan saat itu sehingga dapat dengan tepat teratasi oleh zat aktif tunggal dalam obat flu tersebut
OBAT FLU KOMBINASI
• Sering kali konsumen menjatuhkan pilihan pada obat flu tipe ini karena dari kemasan tertera banyaknya gejala yang dapat diatasi dengan obat flu kombinasi ini sekalipun terkadang penderita tidak merasakan semua gejala tersebut
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN OBAT FLU KOMBINASI
• KELEBIHAN: Dapat mengatasi beberapa gejala sekaligus dengan satu kali penggunaan (praktis).
• KEKURANGAN: Sering kali kombinasinya lebih dari tiga zat aktif (polifarmasi) atau mengandung lebih dari satu zat aktif yang aksi farmakologisnya atau khasiatnya sama, tetapi tidak bekerja secara sinergis sehingga tubuh penderita terpapar obat berlebihan tanpa memberikan efek terapi yang berbeda secara signifikan.
KOMBINASI YG DISARANKAN
• Menurut American Medical Association (AMA), kombinasi yang disarankan adalah mengandung tidak lebih dari tiga komponen zat aktif dari golongan farmakologi yang berbeda, atau tidak mengandung lebih dari satu zat aktif dari setiap golongan farmakologi yang sama
CONTOH
KOMPOSISI OBAT FLU
* Asetaminofen (demam, nyeri, atau pusing),
* Fenilpropanolamin HCl (pelega hidung),
* Levo-N-etilefedrina HCl (pelega napas/bronkodilator),
* CTM (antialergi),
* Dekstrometorfan (antitusif/penekan batuk), dan
* Gliseril guaikolat (ekspektoran/pengencer dahak)
tertulis di kemasan "meredakan flu disertai batuk", Obat ini relatif laris dibeli oleh penderita flu bahkan yang tidak ada gejala batuk sama sekali
OBAT FLU TERSEBUT TEPAT????
1. Komposisi obat flu tersebut lebih dari tiga zat aktif tidak
direkomendasikan oleh AMA.
2. Belum tentu dari keenam komponen tersebut semuanya dibutuhkan untuk meredakan gejala yang dialami penderita saat itu.
3. Ada komponen yang punya aksi farmakologis yang bertentangan (antagonistik), yaitu antitusif dan ekspektoran
CONTOH LAIN KOMPOSISI OBAT FLU
• Kombinasi empat macam, yaitu fenilpropanolamin, CTM, asetaminofen, dan salisilamida
• Kombinasi obat flu ini juga kurang sesuai karena mengandung lebih dari tiga zat aktif dan terdapat komponen dengan aksi farmakologis yang sama (asetaminofen dan salisilamida). Pemilihan obat dengan aksi yang berlebihan ataupun tanpa ada indikasinya tentu akan relatif berbahaya bagi tubuh
TINJAUAN FARMAKOKINETIK
• Dari pustaka dan hasil penelitian sebelumnya diketahui parasetamol memiliki waktu paruh eliminasi antara 1–3 jam sedangkan fenilpropanolamin hidroklorida memiliki waktu paruh eliminasi antara 3–6 jam
• Apabila kombinasi obat tersebut diberikan secara berulang (misalnya tiga kali dalam sehari) maka parasetamol dengan waktu paruh elimasi 1 jam tidak akan menimbulkan akumulasi tetapi fenilpropanolamin hidroklorida dengan waktu paruh eliminasi 6 jam akan memiliki indeks akumulasi (R) diatas 1
QUESTION:
OBAT KOMBINASI DILARANG??
• Monoterapi tak cukup memberikan kontrol tekanan darah yang efektif terhadap pasien dengan berbagai faktor risiko seperti diabetes, stroke, penyakit jantung koroner, pasien lanjut usia, dan gemuk
• Kombinasi obat chloroquine dan artemisinin diyakini lebih baik daripada obat tunggal dalam mengatasi resistensi malaria terhadap obat
• Kombinasi obat sukses saat digunakan untuk kemoterapi pasien kanker serta berhasil memperpanjang hidup pengidap HIV/AIDS
TERAPI KOMBINASI APAKAH MERUGIKAN??
• Pengobatan Hipertensi dengan kombinasi Obat Telmisartan dan HCTZ sangat efektif menurunkan tekanan darah sistolik pada lanjut usia dan pasien dengan berbagai risiko (diabetes, stroke, penyakit jantung koroner, dan kegemukan)
• Keuntungan terapi kombinasi:
1. Adanya dua zat aktif dalam satu tablet hingga mudah dan praktis dipakai.
2. Biaya terapi yang lebih rendah
3. Dosisnya lebih kecil daripada dosis monoterapi sehingga efek samping yang terjadi relatif juga lebih rendah
KOMBINASI OBAT TUBERCULOSIS
• Pasien TB harus meminum kombinasi obat-obat TB paling tidak 12 tablet/kapsul sehari pada fase intensif, yaitu kombinasi Isonizid (H), Rifampisin (R), Pyrazinamide (Z) Ethambutol (E) 3 kali sehari dengan lamanya pengobatan selama 2 bulan. 4 bulan selanjutnya merupakan fase lanjutan dengan meminum paling tidak 6 tablet/kapsul dalam sehari berupa kombinasi RH (atau EH selama 6 bulan) menyebabkan pasien tidak patuh.
KEBIJAKAN WHO
• WHO menganjurkan penggunaan kombinasi 2,3,4 obat anti TB dalam satu tablet. Untuk itu sebagian besar negara mengganti sediaan tunggal dengan sediaan fix dose combination (FDC/KDT).
• Manfaatnya:
1. Meningkatkan kepatuhan pasien
2. Efek terapi sama dengan obat tunggal
EFEK OBAT KOMBINASI
• Efek adisi, efek penjumlahan dari efek masing2 obat
• Efek sinergis, efek kombinasi yg sama dengan jumlah dari kegiatan kedua zat (adisi) atau melebihi jumlah tsb (potensiasi).
• Efek potensiasi, timbulnya efek yg lebih besar daripada jumlah efek kedua obat
• Efek antagonis, yaitu efek yg berlawanan, misalnya striknin dan barbital.
• Interaksi Obat
INTERAKSI OBAT
• Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat,
- Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat lain.
- Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi atau efek obat lain.
PENGGOLONGAN INTERAKSI MENURUT MEKANISMENYA
1. Interaksi farmasetik,
2. Interaksi famakokinetik,
3. Interaksi farmakodinamik
INTERAKSI FARMASETIK
• Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi di mana terjadi reaksi fisiko-kimiawi antara obat-obat sehingga mengubah (menghilangkan) aktifitas farmakologik obat
• Contoh : reaksi antara obat-obat yang dicampur dalam cairan secara bersamaan, misalnya dalam infus atau suntikan . Misalnya campuran penisilin (atau antibiotika beta-laktam yang lain) dengan aminoglikosida dalam satu larutan tidak dianjurkan.
PRECAUTION!
• Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa tidak ada interaksi antar masing-masing obat.
• Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama- sama lewat infus.
• Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer leaflet), untuk melihat peringatan pada pencampuran dan cara pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeksi, infus dan lain-lain)
• Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa atau yang lain, perhatikan bahwa tidak ada perubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan lain-lain dari larutan.
• Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun terlalu lama larutan yang sudah dicampur, kecuali untuk obat-obat yang memang sudah tersedia dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidakoin DLL.
• Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obat yang sudah dimasukkan, termasuk dosis dan dan waktunya.
• Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus, kecuali kalau yakin tidak ada interaksi. Jangan ragu-ragu konsul apoteker RS.
INTERAKSI FARMAKOKINETIK
• Interkasi farmakokinetik terjadi bila obat presipitan mempengaruhi atau mengubah proses absorpsi, distribusi (ikatan protein), metabolisme, dan ekskresi dari obat-obat obyek.
INTERAKSI DALAM PROSES ABSORBSI
• Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh karena obat-obat seperti morfin atau senyawa- senyawa antikolinergik dapat mengubah absorpsi obat- obat lain.
• Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu oleh senyawa logam sehingga absorpsi akan dikurangi, oleh karena terbentuk senyawa kompleks yang tidak diabsorpsi. Misalnya kelasi antara tetrasiklin dengan senyawa logam berat akan menurunkan absorpsi tetrasiklin.
• Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat tertentu, misalnya: umumnya antibiotika akan menurun absorpsinya bila diberikan bersama dengan makanan
INTERAKSI DISTRIBUSI
• Interaksi dalam proses distribusi terjadi terutama bila obat-obat dengan ikatan protein yang lebih kuat menggusur obat-obat lain dengan ikatan protein yang lebih lemah dari tempat ikatannya pada protein plasma. Sehingga kadar obat bebas yang tergusur ini akan lebih tinggi pada darah dengan segala konsekuensinya, terutama terjadinya peningkatan efek toksik.
• Contoh, meningkatnya efek toksik dari antikoagulan warfarin atau obat-obat hipoglikemik (tolbutamid, kolrpropamid) karena pemberian bersamaan dengan fenilbutason, sulfa atau aspirin.
INTERAKSI DALAM METABOLISME
1. Pemacuan enzim (enzyme induction)
Suatu obat (presipitan) dapat memacu metabolisme obat lain (obat obyek) sehingga mempercepat eliminasi obat tersebut. Kenaikan kecepatan eliminasi (pembuangan atau inaktivasi) akan diikuti dengan menurunnya kadar obat dalam darah dengan segala konsekuensinya. Obat- obat yang dapat memacu enzim metabolisme obat disebut sebagai enzyme inducer. Dikenal beberapa obat yang mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni:
- Rifampisin,
- Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital
2. Penghambatan enzim (enzyme inhibitor).
Penghambatan metabolisme obat mengakibatkan meningkatnya kadar obat dalam darah dengan segala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses eliminasi obat.
Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas
enzim metabolisme obat adalah:
• - kloramfenikol - eritromicin
• - isoniazid - fenilbutazon
• - simetidin - allopurinol
• - propanolol
INTERAKSI DALAM EKSKRESI
• Interaksi obat atau metabolitnya melalui organ ekskresi terutama ginjal dapat dipengaruhi oleh obat-obat lain. Yang paling dikenal adalah interaksi antara probenesid dengan penisilin melalui kompetisi sekresi tubuli. Hal ini menyebabkan kadar penisilin dapat dipertahankan dalam tubuh.
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
• Pada interaksi farmakodinamik tidak terjadi perubahan kadar obat obyek dalam darah. Tetapi yang terjadi adalah perubahan efek obat obyek yang disebabkan oleh obat presipitan karena pengaruhnya pada tempat kerja obat
EFEK PENGULANGAN OBAT
1. Reaksi hipersensitif, merupakan suatu reaksi alergi yaitu seatu respon abnormal terhadap obat atau zat dimana pasien telah kontak atau menggunakan obat tersebut yang mengakibatkan timbulnya antibodi.
2. Reaksi kumulatif, adalah suatu fenomena pengumpulan obat dalam badan sebagai hasil pengulangan penggunaan obat, dimana obat diekskresikan lebih lambat dari pada absorbsinya.
3. Toleransi, ialah suatu fenomena berkurangnya besar respon terhadap dosis yang sama dari obat, dosis harus diperbesar untuk mendapatkan respon yang sama.
a. Toleransi farmakokinetika adalah perubahan distribusi atau metabolisme suatu obat setelah pemberian berulang, yang membuat dosis obat yang diberikan menghasilkan kadar dalam darah yang semakin berkurang dibandingkan dengan dosis yang sama pada pemberian pertama kali.
Contohnya adalah obat golongan barbiturat yang menstimulasi produksi enzim sitokrom P450 yang memetabolisir obat, sehingga metabolismenya sendiri ditingkatkan. Karenanya, seseorang akan membutuhkan dosis obat yang semakin meningkat untuk mendapatkan kadar obat yang sama dalam darah atau efek terapetik yang sama
b.Toleransi farmakodinamika merujuk pada perubahan adaptif yang terjadi di dalam system tubuh yang dipengaruhi oleh obat, sehingga respons tubuh terhadap obat berkurang pada pemberian berulang. Hal ini misalnya terjadi pada penggunaan obat golongan benzodiazepine, di mana reseptor obat dalam tubuh mengalami desensitisasi, sehingga memerlukan dosis yang makin meningkat pada pemberian berulang untuk mencapai efek terapetik yang sama.
c. Toleransi yang dipelajari (learned tolerance) artinya pengurangan efek obat dengan mekanisme yang diperoleh karena adanya pengalaman terakhir.
Kebutuhan dosis obat yang makin meningkat dapat menyebabkan ketergantungan fisik, di mana tubuh telah beradaptasi dengan adanya obat, dan akan menunjukkan gejala putus
obat (withdrawal symptom) jika penggunaan obat dihentikan
4. Resistensi, yaitu kemampuan mikroorganisme untuk menahan efek obat yang mematikan terhadap sebagian besar anggota spesiesnya (bakteri menjadi kebal terhadap obat yang diberikan).
5. Habituasi, adalah gejala ketergantungan
psikologis terhadap suatu obat.
6. Adiksi, adalah gejala ketergantungan
psikologis dan fisik terhadap suatu obat.
KESIMPULAN
1. Hindari semaksimal mungkin pemakaian obat gabungan (polifarmasi), kecuali jika memang kondisi penyakit yang diobati memerlukan gabungan obat dan pengobatan gabungan tersebut sudah diterima dan terbukti secara ilmiah manfaatnya.
Misalnya: pengobatan tuberkulosis, malaria, infeksi berat, dll
2. Jika memang harus memberikan obat gabungan (lebih dari satu) bersamaan, yakinkan bahwa tidak ada interaksi yang merugikan, baik secara kinetik atau dinamik
3. Kenalilah sebanyak mungkin kemungkinan interaksi yang timbul pada obat-obat yang sering diberikan bersamaan dalam praktek polifarmasi
4. Jika ada interaksi, tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan? Apakah perlu pengurangan dosis obat obyek? Atau dapatkah obat obyek atau obat presipitan diganti?
5. Evaluasi efek sesudah pemberian obat-obat secara bersamaan untuk menilai ada tidaknya efek samping/toksik dari salah satu atau kedua obat.
6 Ikutilah sedini mungkin pemakaian obat secara bersamaan bila ternyata ada efek samping atau efek toksik yang timbul.
THE END
WASSALAM
Komentar
Posting Komentar